Acap kali orang religius dianggap kolot. Namun,
penelitian terbaru menunjukkan menjadi orang religius memiliki status
kesehatan yang lebih baik.
Sebuah riset dilakukan oleh perusahaan Gallup terhadap 676 ribu
orang Amerika. Para peneliti melakukan survei melalui wawancara telepon
untuk menilai atau menggambarkan seberapa sehat masyarakat, yang dibagi
berdasarkan beberapa kategori, seperti kualitas hidup, kesehatan
emosional, kesehatan fisik, kebiasaan perilaku sehat, kepuasan kerja,
akses ke dokter dan sumber daya kesehatan lainnya.
Setiap tanggapan dari partisipan akan diberikan skor dengan skala
0-100. Dalam wawancara tersebut, partisipan juga diminta untuk
menyebutkan agama mereka (jika ada).
Survei yang dilakukan sejak awal Januari 2010 ini menunjukkan
orang yang beragama memiliki nilai lebih tinggi dalam skor kesehatan dan
kesejahteraan secara umum dibandingkan orang yang kurang atau tidak
religius. Namun, orang yang kurang atau tidak religius memiliki skor
tertinggi dalam kesehatan fisik.
Dalam penelitian, peneliti mencatat bahwa kesehatan dipengaruhi
oleh banyak faktor, termasuk usia, jenis kelamin dan ras/etnis, dimana
orang tersebut hidup dalam sebuah negara, kelas, dan status pernikahan.
Peneliti beranggapan bahwa ibadah dalam sebuah agama membuat
seseorang mengalami interaksi sosial dan persahabatan dengan orang lain.
Sebuah agama juga bisa menjadi sarana 'meditasi' dan menyediakan
mekanisme untuk mengatasi masalah hidup, seperti berdoa, sehingga bisa
mengurangi stres, depresi, kekhawatiran serta meningkatkan kebahagiaan.
Akibatnya, orang yang religius lebih dapat hidup lebih lama.
Penelitian ini turut mendukung bahwa unsur religius menjadi
faktor penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Riset
lain yang dilakukan National Institutes of Health menemukan bahwa orang
yang berdoa setiap hari terbukti memiliki risiko 40 persen lebih rendah
terkena hipertensi dibandingkan dengan mereka yang jarang berdoa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar